Kumpulan Ikhtisar

Minggu, 09 Desember 2012

Islamicpreneur - sang Sociopreneur Sejati


PDB Indonesia 2010 menyebutkan bahwa komponen konsumsi menduduki porsi pengeluaran terbesar, yaitu 56.7% dari PDBHal ini jauh lebih besar daripada pengeluaran investasi sebesar 32.5% dari PDB.

Padahal menurut teori ekonomi, investasi menambah jumlah barang modal perekonomian sehingga memperbesar kapasitas produksi suatu bangsa dalam menghasilkan output (PDB) di masa depan.

Selain itu investasi juga penting dalam perekonomian karena investasi menciptakan kesempatan kerja baru. Hal tersebut kemudian dapat menjelaskan banyak hal, mengapa, meskipun pendapatan nasional kita terus bertambah secara signifikan, angka kemiskinan hanya turun sebesar satu persen(13,33% pada tahun 2010 dan 12,49% pada tahun 2011).

Padahal, indikator kemiskinan Indonesia (BPS) adalah yg berpengeluaran di bawah Rp 8.000/hari, jauh di bawah indikator kemiskinan Bank Dunia yaitu yg berpengeluaran sekitar Rp 18.000/hari (US$2). Dan juga Angka pengangguran hanya berkurang 0,44%, dari 6,80% pada Februari 2011 menjadi 6,36% Februari 2012.

Permasalahan inilah yang membuat keberadaan seorang entrepreneur menjadi sangat penting. Prof. Lester C Thurow, dalam bukunya Building Wealth: 
"Tidak ada institusi yang dapat menggantikan peran individuentrepreneur sebagai agen-agen perubahan"
Seorang Islamicpreneur tidak hanya berani mengambil resiko yang bisa menciptakan dan memanfaatkan peluang tetapi juga menebarkan nilai-nilai mulia yang sesuai dengan ajaran Islam. Seorang Islamicpreneur akan meniatkan bisnisnya sebagai ibadah kepada Allah, sebagai salah satu usahanya untuk memenuhi tugas manusia sebagai khalifah fil ardl.

Islam sendiri telah mengajarkan budaya entrepreneurship melalui Al-Quran serta sosok Nabi SAW dan beberapa sahabat yang juga merupakan pengusaha. Terdapat 41 dari 114 surah dalam Al-Quran yang menyinggung kata rezeki, termasuk amalan-amalan lainya seperti tijarah, barakah, infak, shadaqah, syarikah, bahkan riba (untuk ditinggalkan) yang memberikan spirit kewirausahaan untuk meraih keuntungan, kemuliaan, dan keberkahan.

Nabi Muhammad SAW juga bersabda,
“Tiada seorang yang makan makanan yang lebih baik dari makanan dari hasil usahanya sendiri (wirausaha). Sesungguhnya Nabi Daud, itupun makan dari hasil usahanya sendiri (wirausaha)” (H.R. Bukhari).

Melalui Rasulullah, Allah SWT telah memilihkan kita sosok teladan pengusaha Islami. Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi rasul Allah merupakan seorang pengusaha. Bahkan, kehidupan beliau sebagai pedagang (25 tahun) lebih lama dibandingkan dengan kehidupan beliau sebagai Rasulullah (23 tahun).

Menurut Bambang Trim ada empat karakter dasar pada pembentukan jiwa entrepreneur Rasulullah sehingga menjadientrepreneur sukses, yaitu :
  1. Integritas, Rasulullah SAW dikenal sebagai masyarakat pribadi yang jujur dan bersih. Kejujuran inilah yang menjadi kunci utama kesuksesan Nabi Muhammad SAW dalam berdagang.
  2. Loyalitas, Rasulullah SAW merupakan pebisnis yang memiliki loyalitas tinggi. Beliau menunjukkan loyalitas yang tinggi baik pada pemimpin maupun terhadap pelanggan. Loyalitasnya pada pemimpin dibuktikan saat Khadijah menawari beliau sebagai rekan bisnis, beliau menyerahkan keputusannya kepada Paman waktu itu. Loyalitasnya kepada pelanggan dibuktikan dengan memberikan pelayanan terbaik sehingga pelanggan loyal pada beliau.
  3. Profesionalitas, Keprofesionalitasan Nabi SAW dalam berbisnis terlihat saat beliau melakukan kerja sama dagang dengan Khadijah sampai mereka menikah, dimana Nabi Muhammad menjadi manajer dagang dengan menggunakan hukum dan standard pemasaran modern.
  4. Spiritualitas, Nabi Muhammad dalam melakukan kegiatan perniagaannya tidak lupa untuk bermuhasabah kepada sang Khaliq.

Oleh karenanya, kita harus putar haluan. Kalau tidak bisa 180 derajat, 90 derajat aja. Kalau nda bisa pula, yg penting ada yang berubah. Bisnis dalam bidang syariah itu sendiri tidak harus yang selamanya berkaitan langsung dengan hal-hal yang islami. Bisnis Syariah adakah bisnis yang tidak melanggar kaidah-kaidah syar'i yang telah ditetapkan Allah SWT. Bisa hotel, showroom mobil, cafe, rumah sakit, distro, dll. Beraneka dan beragam. Jadi, jangan takut.

Letak permasalahannya adalah pada prakteknya. Bisnis berbasis syariah yang halal lagi baik adalah bisnis yang halal dari hulu ke hilir. Tidak pilih-pilih, tidak tanggung-tanggung. Mulai dariinput-pendanaan-operasional-output-pemasaran harus halalJelaslah pastinya.

Bisnis syar'i inilah yang menjadi tonggak kehidupan keluarga, masyarakat, negara, dunia, dan akhirat menjadi berkah. Dan juga mendapat pahala tentunya. Maka labalah yang menjadi orientasi kehidupan kita, kapitalis banget yah? Iya, hal ini dibenarkan oleh Imam Al-Ghozali r.a.yang mengatakan pencapaian dalam bisnis adalah laba yaitu laba dunia (materiil) dan laba akhirat (pahala>Al-Jannah).

:)

DaftarPustaka:- Official Website FoSSEI www.fossei.org
- Mikro Ekonomi Islami. Adiwarman Karim